03 Oktober 2008

VENTILASI MEKANIK

Pengertian.

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.


 

Indikasi Pemasangan Ventilator

Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)

Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.

Post Trepanasi dengan black out.

Respiratory Arrest.


 

Penyebab Gagal Napas

Penyebab sentral

Trauma kepala        :    Contusio cerebri.

Radang otak            :    Encepalitis.

Gangguan vaskuler    :     Perdarahan otak, infark otak.

Obat-obatan            :    Narkotika, Obat anestesi.


 

Penyebab perifer

Kelainan Neuromuskuler:

Guillian Bare syndrom

Tetanus

Trauma servikal.

Obat pelemas otot.

Kelainan jalan napas.

Obstruksi jalan napas.

Asma broncheal.

Kelainan di paru.

Edema paru, atelektasis, ARDS

Kelainan tulang iga / thorak.

Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.

Kelainan jantung.

Kegagalan jantung kiri.

Kriteria Pemasangan Ventilator

Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.

Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.

PaCO2 lebih dari 60 mmHg

AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.

Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.


 

Macam-macam Ventilator.

Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:

Volume Cycled Ventilator.

Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.

Pressure Cycled Ventilator

Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.

Time Cycled Ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)

Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2


 

Mode-Mode Ventilator.

Mode Control.

Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)

Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.

Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.

Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport

Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

CPAP : Continous Positive Air Pressure.

Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.

Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.


 

Sistem Alarm

Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.


 

Pelembaban dan suhu.

Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.


 

Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.

Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.


 

Efek Ventilasi mekanik

Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.

Efek pada organ lain:

Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.


 

Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

Pada paru

Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.

Atelektasis/kolaps alveoli diffuse

Infeksi paru

Keracunan oksigen

Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

Aspirasi cairan lambung

Tidak berfungsinya penggunaan ventilator

Kerusakan jalan nafas bagian atas


 

Pada sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.


 

Pada sistem saraf pusat

Vasokonstriksi cerebral

Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.

Oedema cerebral

Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.

Peningkatan tekanan intra kranial

Gangguan kesadaran

Gangguan tidur.


 

Pada sistem gastrointestinal

Distensi lambung, illeus

Perdarahan lambung.


 

Gangguan psikologi


 

Prosedur Pemberian Ventilator

Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:

Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%

Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB

Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit

Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik

PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)

.

Kriteria Penyapihan

Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB

Volume tidal 4-5 ml/kg BB

Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar

Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.


 


 

FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILASI MEKANIK


 

Napas Spontan

diafragma dan otot intercostalis berkontraksi à rongga dada mengembang terjadi tekanan (-) à aliran udara masuk ke paru dan berhenti pada akhir inspirasi

fase ekspirasi berjalan secara pasif


 

Pernapasan dengan ventilasi mekanik

udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga thorax (+)

pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif

ekspirasi berjalan pasif.


 

EFEK VENTILASI MEKANIK


 

Pada Kardiovaskuler

Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax à darah yang kembali ke jantung terhambat à venous return menurun maka cardiac out put menurun.

Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan (+) à sehingga darah berkurang à cardiac out put menurun.

Bila tekanan terlalu tinggi à bisa terjadi ex oksigenasi.


 

Pada organ Lain

Akibat cardiac out put menurun à perfusi ke organ lainpun akan menurun seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.

Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat à TIK meningkat.


 

TERAPI OXIGEN

Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau hiperkabinya serta keadaan penderita.


 

Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk menentukan tindakan selanjutnya (lihat tabel)


 

NN???

26 September 2008

Gagal napas

PENGERTIAN
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.

PENYEBAB GAGAL NAFAS
1. Penyebab sentral
    a.Trauma kepala : contusio cerebri
    b.Radang otak : encephalitis
    c.Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
    d.Obat-obatan : narkotika, anestesi
2.Penyebab perifer
   a.Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
   b.Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
   c.Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
   d.Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
   e.Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

PATOFISIOLOGI
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.

PEMERIKSAAN FISIK
( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes)

Sirkulasi
- Tanda : Takikardia, irama ireguler
- S3S4/Irama gallop
- Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
- Hamman’s sign (bynui udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum)
- TD : hipertensi/hipotensi
- Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
- Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
Pernapasan
- Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”, batuk
- Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
Keamanan
- Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
Penyuluhan/pembelajaran
- Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


- Hb : dibawah 12 gr %
- Analisa gas darah :
pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
paO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
pCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
BE di bawah -2 atau di atas +2
- Saturasi O2 kurang dari 90 %
- Ro : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat perpindahan letak mediastinum

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan pernafasan ventilator mekanik adalah :
1.Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakit
3.Ketidakefektifan pola nafas berhubungandengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT
4.Cemas berhubungan dengan penyakti kritis, takut terhadap kematian
5.Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang ETT
6.Resiko tinggi komplikasi infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan selang ETT
7.Resiko tinggi sedera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, selang ETT, ansietas, stress
8.Nyeri berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik, letak selang ETT

RENCANA KEPERAWATAN

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas
Kriteria hasil :
- Bunyi nafas bersih
- Ronchi (-)
- Tracheal tube bebas sumbatan
Intervensi :
1.Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
2.Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
    a. Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan penghisapan
    b. Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal 4 – 5 x        pernafasan
    c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
   d. Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, lama penghisapan    tidak lebih 10 detik
   e. Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
    f. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melakukan penghisapan berikutnya
    g. Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih
3.Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 – 37,8 C)

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali normal
Kriteria hasil :
- Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
BE ( -2 - +2)
- Tidak cyanosis
Intervensi :
1.Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt setelah perubahan setting ventilator
2.Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan
3.Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi
4.Monitpr tanda dan gejala hipoksia

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT
Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif
Kriteria hasil :
a.Nafas sesuai dengan irama ventilator
b.Volume nafas adekuat
c.Alarm tidak berbunyi
Intervensi :
1.Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
2.Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya
3.Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur sepanjang waktu
4.Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
5.Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
6.Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)
7.Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
8.Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratur

16 Juli 2008

Pelatihan EKG online

Selama ini banyak kendala yang kita hadapi dalam mempelajari EKG, diantaranya biaya pelatihan yang mahal, tempat pelatihan yang jauh, kurang sumber dll. Sementara jumlah pasien jantung kian bertambah, menuntut peningkatan keterampilan kita dalam menganalisa rekaman EKG.
Berangkat dari kenyataan diatas, saya persembahkan "Pelatihan EKG Online" bagi perawat dan mahasiswa keperawatan di seluruh tanah air. Pada "Pelatihan EKG online" ini, anda dituntut untuk belajar mandiri. Silahkan download dan pelajari E-Book EKG yang telah saya sediakan di "File Storage", kunjungi link-link di dalamnya, dan baca buku yang direferensikan.
Setiap bulan, sediakan waktu Anda untuk berdiskusi secara online melalui fasilitas "chatting". Siapkan pertanyaan yang mungkin ingin anda ajukan, kita akan melakukan sharing antar sesama peserta diskusi yang sedang online saat itu. Untuk mengevaluasi hasil belajar Anda, ikuti "Ujian Akhir Pelatihan" yang berisi 27 rekaman ekg yang harus anda analisa. Ingat, UAP ini hanya bisa Anda ikuti sebanyak 1 (satu) kali saja, jadi lakukan bila Anda sudah benar-benar siap.
Kabar gembiranya, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengikuti pelatihan ini alias GRATIS*, hanya untuk Anda... ya Anda.
Mudah-mudahan Pelatihan EKG Online ini sedikitnya dapat bermanfaat untuk Anda, selamat belajar.

* Biaya akses internet (Warnet) tentunya anda yang menyediakan.
** Sebelum mengikuti Pelatihan EKG Online, Anda harus mendaftarkan diri dan login terlebih dahulu (ga masalah... semuanya gratis.
*** Anda juga bisa menjadi "Instruktur" pada "Pelatihan Online" ini, silahkan menghubungi saya.

08 Februari 2008

Cough CPR

The American Heart Association does not endorse "cough CPR," a coughing procedure widely publicized on the Internet. As noted in the 2005 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care, the American Heart Association DOES NOT TEACH THIS AS PART OF THE CORE CURRICULUM IN ANY COURSE.

During a sudden arrhythmia (abnormal heart rhythm), it may be possible for a conscious, responsive person to cough forcefully and maintain enough blood flow to the brain to remain conscious for a few seconds until the arrhythmia disappears or is treated. Blood flow is maintained by increased pressure in the chest that occurs during forceful coughs. This has been mislabeled "cough CPR," although it's not a form of traditional resuscitation.

Why isn't "cough CPR" appropriate in CPR training courses?

"Cough CPR" should not be routinely taught in lay-rescuer CPR courses, because it would complicate teaching traditional CPR. It would add information that's not generally useful in the prehospital setting. In virtually all lay-rescuer CPR courses, the finding that signals an emergency is the victim's unresponsiveness. This signals the rescuer to begin the "A, B, C's" of CPR. Unresponsive victims will not be able to perform "cough CPR."

Are there situations when "cough CPR" is appropriate?

This coughing technique to maintain blood flow during brief arrhythmias has been useful in the hospital, particularly during cardiac catheterization. In such cases the patient's ECG is monitored continuously, and a physician is present.

During cardiac catheterization, patients may develop sudden arrhythmias. If a life-threatening arrhythmia is detected within the first 10 to 15 seconds and before the patient loses consciousness, a physician or nurse may tell the patient to cough. Repeated, forceful coughing can help the person stay conscious until the arrhythmia disappears or is treated.

Therefore, the usefulness of "cough CPR" is generally limited to monitored patients with a witnessed arrest in the hospital setting.

AHA Recommendation

The best strategy is to be aware of the early warning signs for heart attack and cardiac arrest and respond to them by calling 9-1-1. If you're driving alone and you start having severe chest pain or discomfort that starts to spread into your arm and up into your jaw (the scenario presented in the Internet article), pull over and flag down another motorist for help or phone 9-1-1 on a cellular telephone.

Sumber: AmericanHeart.com

Rehabilitation Pasca Heart Attack

Most people survive their first heart attack and return to their normal lives to enjoy many more years of productive activity. But having a heart attack does mean you need to make some changes in your life. Your doctor will advise you of medications and lifestyle changes according to how badly your heart was damaged and what degree of heart disease you have. It’s up to you to follow your doctor’s recommendations to make a full recovery.

How long will I need to rest after my heart attack?
When can I go back to work?
Is it normal to feel so depressed?
How will my family feel?
Is chest pain normal after a heart attack?
Why is cardiac rehabilitation important?
Why are lifestyle changes important?
What treatments will I need?
What about sex after a heart attack?

How long will I need to rest after my heart attack?
Rest is important after a heart attack, but it’s just as important for you to participate in recreation and social events and to begin making physical activity a part of your daily life. In many cases doctors will recommend that survivors get more physical activity than they got before their heart attack. A good night’s rest is especially important for heart attack patients. And if you feel tired during the day, take a nap or a short rest. Heart patients should rest before they get too tired. Your doctor will tell you what’s best for your specific situation, but most heart attack patients find they have plenty of energy for both work and leisure activities.

When can I go back to work?
Most heart attack patients go back to work within two weeks to three months. Your doctor will determine when you can go back and if your current job is suitable for a person who has had a heart attack.

Is it normal to feel so depressed?
Heart attack patients will feel a wide range of emotions, typically for about two to six months after the event. Depression is quite normal, along with fear and anger. For example, every time you feel a little pain, you may feel afraid it’s going to happen again — afraid you’re going to die. That’s normal and will begin to pass as time goes by. You may be angry that this happened, and you’re probably feeling irritated and have a “short fuse” with others. Resentment is common after a heart attack. Try to understand that your family and friends are just as worried as you are. Although depression is normal after a heart attack, if it interferes with sleeping, eating, self-esteem, or if you have thoughts of suicide, you should talk to your doctor and those close to you about your feelings. Don’t be afraid to ask for help. Recovery is much faster with a trusted support team of healthcare professionals, family and friends.

How will my family feel?
Your heart attack has probably had a big emotional impact on your family. They may feel frightened, angry, resentful or even guilty. Teenagers are especially sensitive and may think that something they did caused you to have the heart attack. It’s better for everyone to get his or her feelings out in the open. Don’t let feelings smolder — that can be destructive. If you think counseling would help your family deal with your heart attack more quickly, ask your doctor to refer you to someone for help.

Is chest pain normal after a heart attack?
Not everyone will have chest pain (angina pectoris), but if you do, it should be a light pain or pressure in your chest that quickly goes away. It will typically happen during or right after physical exertion, intense emotion or eating a heavy meal. If you’re having ANY chest pains, tell your doctor. There are exercises and medication that can help ease or prevent the pain. If your angina gets worse over time or starts to occur after very little exercise, see your doctor immediately. Learn more about angina pectoris treatments.

Why is cardiac rehabilitation important?
One of the best things you can do for yourself is to get into a cardiac rehabilitation program where everything you need to get and stay healthy is in one convenient location. Research shows cardiac rehab saves lives. In a recent study, cardiac death was lower, there were fewer second heart attacks and fewer necessary cardiac surgeries in patients who were exercise-trained compared with those who received “usual care.” Rehabilitation programs can help you change your lifestyle habits. These programs often take place at a hospital with a rehabilitation team or with the help of your doctor, nurse or other healthcare professionals.

Why are lifestyle changes important?
Making changes in your lifestyle is one of the most important things you can do to prevent another heart attack, heart disease and stroke. The ABCs of prevention are:

Avoid Tobacco — If you smoke after a heart attack, your chances of having a second one are doubled.

Become More Active — Regular physical activity will ease stress and depression, help control weight and help lower blood pressure and cholesterol levels.

Choose Good Nutrition — Good nutrition will help control your weight, lower blood pressure and cholesterol levels and help your body heal faster.

Even if you’re taking prescription medication, it’s still extremely important to lead a heart-healthy lifestyle.

What treatments will I need?
Treatments for heart attack patients include medications, lifestyle changes and, in some cases, surgical procedures. Your doctor may also run some diagnostic tests to determine how much your heart was damaged and what degree of coronary artery disease you have. Learn more about treatments.

What about sex after a heart attack?
Most people can continue their same pattern of sexual activity after they recover from a heart attack. Talk to your doctor. You may be prescribed nitroglycerin if you experience chest pain (angina) during or after sex.

Sumber : americanheart.com

06 Februari 2008

ALAT PIJAT JANTUNG LUAR OTOMATIS

Perkembangan teknologi berjalan sangat cepat, terutama dibidang alat elektronik dan telekomunikasi. Alat kesehatan berteknologi tinggi sudah sangat banyak kita jumpai. Dibidang kesehatan gawat darurat alat seperti Ventilator, Bed side monitor, defibrilator kemudian mempunyai peranan yang sangat vital. Tetapi bila dirunut kembali, ada satu alat yang belum kita jumpai dilapangan yaitu alat untuk pijat jantung luar.
Mesin ini harus memenuhi syarat keamanan dan manfaat, spesifikasi mesin adalah sebagai berikut:












Spesifikasi :
1. Fitur keamanan : Sensor detak jantung, sensor tekanan, sensor kecepatan, sensor kedalaman pijat.
2. Sistem triger.
Bagian-bagian mesin :
1. Alas pasien yang terbuat dari bahan yang keras.
2. Tiang penyangga 4 buah.
3. Mesin.
4. Telapak pemijat dari bahan yang kuat dan lembut.
5. Kompressor bertekanan udara.
Alat ini harus bekerja bila muncul trigger dari sensor detak jantung dan bekerja dengan memijat dinding dada penderita dengan kedalaman + 1-2 inchi dengan kecepatan 100 x/menit atau 0,6 detik per satu kali pijatan, frekwensi 30 x satu siklus diikuti jeda istirahat 2 detik. Bila memungkinkan alat ini dapat diintegrasikan dengan alat bantu napas (Ventilator).

Update 29-3-2014
Setelah 6 tahun, kini telah hadir alat pijat jantung otomatis dari zoll.






Google
















25 Januari 2008

Terapi Listrik (Defibrilasi)

A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat secara asinkron.
Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil

Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :
1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi (VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa menit.

Alat yang dipergunakan
1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe bentuk gelombangnya yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe defibrilator yang pertama kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang digunakan pada defibrilator manual yang banyak dipasarkan saat ini.
2. Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran listrik ke jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.

Automated External Defibrilator (AED)
AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)
3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan indikator cahaya)

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :
1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat secara sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan
1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji dapat dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat dinaikan sampai 360 joule.
Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus yang dipakai sama dengan yang digunakan pada tindakan defibrilasi

Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan ) beberapa milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika deflbrilator tidak dapat menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien dengan takikardi walaupun mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya masih sadar, oleh sebab itu jika diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat sedasi dengan atau tanpa analgetik.

RSPJHK : Standar ACLS (2005)




Google














09 Januari 2008

TEKNIK PENYADAPAN EKG

Pencatatan EKG secara internasional dilakukan dengan standar :

1. Kecepatan laju kertas 25 mm/detik atau 50 mm/detik

2. Ukuran galvanometer setinggi 0,5 mv, 1mv, dan 2mv. Pencetakan daya ukur galvanometer dinamakan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan tiga kali berturut-turut sebelum dan sesudah perekaman EKG. Tiap perubahan daya ukur harus dicatat.

Sadapan

Apabila electrode dari sebuah alat EKG dipasang pada tempat-tempat tertentu pada tubuh, maka terjadilah satu sadapan (Lead), yaitu :

1. Sadapan Bipolar (sadapan standar)

Ditandai dengan angka romawi I,II, dan III.

I. Elektrode yang positif dihubungkan dengan lengan kiri dan electrode negatif dengan lengan kanan.

II. Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif dengan lengan kanan.

III. Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif dengan lengan kiri.

2. Sadapan Unipolar Ekstremitas

Augmented Ekstremitas Lead à aVR, aVL, aVF

3. Sadapan Unipolar Prekordial

Sadapan Unipolar Prekordial atau dada ini diberikan tanda dengan huruf V (voltage) dan disertai angka dibelakangnya yang menunjukan lokasi diatas prekordium. Posisi electrode menurut American Heart Association adalah :

V1 : Sela iga ke 4 pada garis sternal kanan.

V2 : Sela iga ke 4 pada garis sternal kiri.

V3 : Diantara V2 dan V4.

V4 : Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula kiri.

V5 : Garis aksila depan sejajar dengan V4.

V6 : Garis aksila tengah sejajar dengan V4.

Persiapan alat

1. Mesin EKG dilengkapi dengan 3 kabel :

a. Kabel untuk listrik

b. Kabel untuk bumi

c. Kabel untuk penderita terdiri dari 10 Kabel ( 4 kabel ekstremitas dan 6 kabel dada)

2. Plat elektrode yaitu :

a. Empat buah Elektode ekstremitas.

b. Enam buah elektroda isap.

3. Kassa/kapas alkohol

4. Jelly

5. Kertas EKG

6. Tissue

Penempatan electrode

1. Elektrode ekstremitas atas dipasang dipergelangan tangan kanan dan kiri searah telapak tangan

2. Elektrode ekstremitas bawah dapasang dipergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam

3. Posisi pada pergelangan tangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai di bahu kanan dan kiri dan di pangkal paha kanan dan kiri. Kemudian kabel-kabel ekstremitas dihubungkan :

- Merah à Lengan kanan

- Kuning à Lengan kiri

- Hijau à Kaki kiri

- Hitam à Kaki kanan

4. Elektode dada harus terpasang seperti yang telah disebut diatas.

5. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan

6. Periksa kembali standardisasi dari EKG.

7. Pindahkan Lead Selector, dibuat pencatatan EKG berturut-turut sbb: Sadapan I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.

8. Selesai pencatatan pindahkan kembali Lead Selector.

9. Matikan mesin EKG

10. Rapikan penderita dan alat-alat.

11. Catat dipinggir kiri atas kertas EKG:

- Nama

- Umur/Jenis kelamin

- Tanggal

- Jam

12. Catat nama yang merekam di kiri bawah kertas

13. Setiap sadapan diberi tanda yang sesuai.

Perhatian

1. Sebelum melakukan penyadapan periksa dahulu tegangan mesin EKG.

2. Alat selalu pada posisi Stop bila tidak digunakan.

3. Kalibrasi dapat memakai ½ mV bila amplitudo terlalu besar dan 2 mV bila terlalu kecil.

4. Dalam melakukan penyadapan EKG, perawat harus menghadap penderita.

08 Januari 2008

RANGKUMAN EKG DASAR

1. Irama jantung

- Lihat di lead II

- Lihat gel. P : (+); (-); (tidak ada)

- Lihat komplek QRS (sempit atau lebar)

  1. Irama Sinus

- Gelombang P defleksi (+) positif/cembung keatas.

- QRS sempit <= 3 kotak kecil

- Frekwensi normal 60-100 x/m, disebut sinur ritme

- Bila HR <> 100 x/m disebut sinus takikardi

  1. Irama Junction

- Gel P defleksi (-) negatif/cekung kebawah

- QRS sempit <= 3 kotak kecil

- Frekwensi 40-60 x/m

  1. Irama Ventrikel

- Gelombang P Tidak ada/lurus

- QRS lebar > 3 kotak kecil

- Frekwensi 20-40 x/m


2. Menghitung frekwensi (x/menit)

- Bagi 1500 dengan jarak R-R (kotak kecil) atau

- Bagi 300 dengan jarak R-R (kotak sedang)

- Hitung gel R dalam 6 detik kalikan dengan 10.

3. Menentukan adanya gangguan konduksi

A. Blok AV

Hitung panjang interval PR, dimana panjang PR lebih dari 0,2 detik atau 5 kotak kecil

1) AV blok derajat I

- Interval PR memanjang > 5 kotak kecil secara konstan.

- Durasi/panjang Interval PR satu dengan interval PR berikutnya sama

- Setiap P diikuti Kompleks QRS

2) AV blok derajat II Mobitz type I (Wenckebach)

- Durasi/panjang Interval PR satu ke Interval PR berikutnya makin panjang.

- Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.

3) AV blok derajat II Mobitz type II

- Durasi/panjang Interval PR normal.

- Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.

4) AV blok derajat III/ Total AV Blok (TAVB)

- Gelombang P lebih banyak daripada Kompleks QRS hampir dua kali lipat

- Gelombang P tidak diikuti oleh Kompleks QRS.

- Kompleks QRS terbentuk dari depolarisasi Ventrikel


B.
Blok Cabang Berkas/ Bundle Branch Block (BBB)

- Identifikasi adanya bentuk komplek QRS seperti huruf M dengan lebar lebih dari 0,12 detik.

- Tentukan pada sadapan berapa Komplek QRS seperti hurup M tersebut

- Bila Kompleks QRS yang menyerupai huruf M ada di V1-V3 diidentifikasi sebagai RBBB, Bila terdapat di lead V4-V6 disebut LBBB


4. Menentukan adanya ganguan perfusi

- Identifikasi adanya T inversi, ST depresi dan elevasi, dan Q pathologi.

- Q patologi bermakna kematian jaringan otot jantung/old infark

- ST Elevasi dan depresi bermakna infark akut

- T inverted artinya iskemi


5. Menentukan adanya hipertropi

- Jumlahkan gel S di V1 dengan R di V5/V6, BILA > 35 KK menggambarkan LVH

- Identifikasi perbandingan antara S dengan R di V1




DASAR-DASAR EKG

I. Kelistrikan Jantung









Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar ka AV Node, Berkas His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung.
Arus listrik yang menjalar dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR (lihat garis merah pada gambar diatas), dan arus listrik dari Cabang berkas sampai serabut purkinje membentuk Kompleks QRS (lihat garis hijau pada gambar diatas).
Durasi normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih dari 3 kk. Untuk menghitung frekwensi detak jantung digunakan rumus : 1500: Interval R-R ( jarak R satu ke R berikutnya dalam kotak kecil).

II. Irama Jantung
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul disebut Irama Sinus, dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut Irama Idioventrikuler (baca: Irama Ventrikel).

A. Irama Sinus
Asal impuls dari SA Node, kalau diibaratkan listrik di rumah pencetus SA Node ini adalah PLN sehingga dia mempunyai daya yang kuat mampu menghasilkan impuls 60-100x/menit. Ciri irama sinus adalah :
1. Gelombang P (+) (membentuk gambar cembung seperti bukit)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
Bila denyutan jantung normal 60-100 x/menit disebut irama sinus ritme, lebih dari 100x/menit disebut irama sinus takikardi, dan bila kurang dari 60x/menit disebut irama sinus bradikardi.






B. Irama Junction
Asal impuls dari area junction, impuls ini muncul bila SA Node gagal mengeluarkan impuls karena berbagai sebab. SA Node diibaratkan Genset dia tidak bisa menghasilkan daya sekuat listrik dari PLN hanya mampu menghasilkan impuls 40-60x/menit. Ciri irama junction adalah:
1. Gelombang P (-) (membentuk gambar cekung seperti lembah)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.

Contoh Irama Junction takikardi









C. Irama Ventrikel
Asal impuls dari area Ventrikel, ibarat lampu templok dayanya kecil sekali hampir tidak bisa menerangi rumah, seperti itulah kira-kira irama ventrikel daya pompa jantung sudah sangat lemah, menghasilkan impuls 20-40 x/menit.
1. Gelombang P tidak ada
2. Kompleks QRS lebar lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.

Bila denyut jantung lebih dari 40x/menit disebut Irama Ventrikel Takikardi. Bila sahabat menemui kasus seperti ini, segera raba denyut karotis pasien. Irama Ventrikel Takikardi dengan nadi tidak teraba perlu segera terapi kejut listrik (DC Shock).











Bila daya listrik jantung terus menurun, dia akan menunjukkan irama Ventrikel Fibrilasi seperti gambar dibawah ini :









III. Blok Jantung
Blok jantung merupakan hambatan pada jalur listrik jantung, ibarat kabel listrik dia sudah mulai berkarat sehingga konduksi listrik jadi melambat/terhalang.

A. AV Blok
AV Blok terjadi bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat, maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke tempat tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan tingkat keparahan.

1. AV Blok derajat I








a. Interval PR memanjang > dari 5 kotak kecil
b. Durasi Interval PR setiap beat adalah sama.
Pada contoh gambar diatas menunjukkan interval PR lebih panjang dari normal yaitu 7 kk, dan setiap beat panjangnya sama.

2. AV Blok derajat 2 type mobitz I






a. Interval PR makin panjang dari 1 beat ke beat berikutnya.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR makin panjang yaitu 4kk, 9kk, 11kk, kemudian kompleks QRSnya tidak ada/menghilang.

3. AV Blok derajat 2 type mobitz II






a. Interval PR bisa normal, bisa panjang, tetapi tidak seperti mobitz 2 yang makin panjang.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR normal, tetapi ada gelombang P yang tidak diikuti kompleks QRS.

4. AV Blok derajat 3 / Total AV Blok (TAVB)







a. Gelombang P bisa 2 kali lebih banyak dari kompleks QRS.
b. Gelombang P dan kompleks QRS membentuk pola irama sendiri-sendiri.

B. Bundle Branch Block/Blok Cabang Berkas
Hambatan terjadi di jalur Cabang Berkas, karena cabang berkas terletak di area Ventrikel maka terjadi perubahan pada Kompleks QRS.
Ciri-ciri Rigth Bundle Branch Block (RBBB):
  1. 1. Kompleks QRS melebar lebih dari 3 kk
  2. 2. Kompleks QRS menyerupai huruf M (M Shape) di lead V1 dan V2.














Pada contoh gambar diatas Kompleks QRS mempunyai dua R, r pertama lebih kecil dan R kedua lebih besar yang mirip huruf M.
Ciri-ciri Left Bundle Branch Block sama dengan RBBB yaitu Kompleks QRS melebar dan membentuk seperti huruf M. Perbedaannya terletak pada kemunculan M Shape yang pada LBBB terlihat di lead-lead kiri yaitu I, aVL, V5 dan V6.

Sumber :
www.ecglibrary.com
keperawatam kardiovaskular (rsjhk)