25 Januari 2008

Terapi Listrik (Defibrilasi)

A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat secara asinkron.
Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil

Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :
1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi (VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa menit.

Alat yang dipergunakan
1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe bentuk gelombangnya yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe defibrilator yang pertama kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang digunakan pada defibrilator manual yang banyak dipasarkan saat ini.
2. Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran listrik ke jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.

Automated External Defibrilator (AED)
AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)
3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan indikator cahaya)

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :
1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat secara sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan
1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji dapat dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat dinaikan sampai 360 joule.
Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus yang dipakai sama dengan yang digunakan pada tindakan defibrilasi

Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan ) beberapa milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika deflbrilator tidak dapat menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien dengan takikardi walaupun mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya masih sadar, oleh sebab itu jika diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat sedasi dengan atau tanpa analgetik.

RSPJHK : Standar ACLS (2005)




Google














09 Januari 2008

TEKNIK PENYADAPAN EKG

Pencatatan EKG secara internasional dilakukan dengan standar :

1. Kecepatan laju kertas 25 mm/detik atau 50 mm/detik

2. Ukuran galvanometer setinggi 0,5 mv, 1mv, dan 2mv. Pencetakan daya ukur galvanometer dinamakan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan tiga kali berturut-turut sebelum dan sesudah perekaman EKG. Tiap perubahan daya ukur harus dicatat.

Sadapan

Apabila electrode dari sebuah alat EKG dipasang pada tempat-tempat tertentu pada tubuh, maka terjadilah satu sadapan (Lead), yaitu :

1. Sadapan Bipolar (sadapan standar)

Ditandai dengan angka romawi I,II, dan III.

I. Elektrode yang positif dihubungkan dengan lengan kiri dan electrode negatif dengan lengan kanan.

II. Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif dengan lengan kanan.

III. Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang negatif dengan lengan kiri.

2. Sadapan Unipolar Ekstremitas

Augmented Ekstremitas Lead à aVR, aVL, aVF

3. Sadapan Unipolar Prekordial

Sadapan Unipolar Prekordial atau dada ini diberikan tanda dengan huruf V (voltage) dan disertai angka dibelakangnya yang menunjukan lokasi diatas prekordium. Posisi electrode menurut American Heart Association adalah :

V1 : Sela iga ke 4 pada garis sternal kanan.

V2 : Sela iga ke 4 pada garis sternal kiri.

V3 : Diantara V2 dan V4.

V4 : Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula kiri.

V5 : Garis aksila depan sejajar dengan V4.

V6 : Garis aksila tengah sejajar dengan V4.

Persiapan alat

1. Mesin EKG dilengkapi dengan 3 kabel :

a. Kabel untuk listrik

b. Kabel untuk bumi

c. Kabel untuk penderita terdiri dari 10 Kabel ( 4 kabel ekstremitas dan 6 kabel dada)

2. Plat elektrode yaitu :

a. Empat buah Elektode ekstremitas.

b. Enam buah elektroda isap.

3. Kassa/kapas alkohol

4. Jelly

5. Kertas EKG

6. Tissue

Penempatan electrode

1. Elektrode ekstremitas atas dipasang dipergelangan tangan kanan dan kiri searah telapak tangan

2. Elektrode ekstremitas bawah dapasang dipergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam

3. Posisi pada pergelangan tangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai di bahu kanan dan kiri dan di pangkal paha kanan dan kiri. Kemudian kabel-kabel ekstremitas dihubungkan :

- Merah à Lengan kanan

- Kuning à Lengan kiri

- Hijau à Kaki kiri

- Hitam à Kaki kanan

4. Elektode dada harus terpasang seperti yang telah disebut diatas.

5. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan

6. Periksa kembali standardisasi dari EKG.

7. Pindahkan Lead Selector, dibuat pencatatan EKG berturut-turut sbb: Sadapan I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.

8. Selesai pencatatan pindahkan kembali Lead Selector.

9. Matikan mesin EKG

10. Rapikan penderita dan alat-alat.

11. Catat dipinggir kiri atas kertas EKG:

- Nama

- Umur/Jenis kelamin

- Tanggal

- Jam

12. Catat nama yang merekam di kiri bawah kertas

13. Setiap sadapan diberi tanda yang sesuai.

Perhatian

1. Sebelum melakukan penyadapan periksa dahulu tegangan mesin EKG.

2. Alat selalu pada posisi Stop bila tidak digunakan.

3. Kalibrasi dapat memakai ½ mV bila amplitudo terlalu besar dan 2 mV bila terlalu kecil.

4. Dalam melakukan penyadapan EKG, perawat harus menghadap penderita.

08 Januari 2008

RANGKUMAN EKG DASAR

1. Irama jantung

- Lihat di lead II

- Lihat gel. P : (+); (-); (tidak ada)

- Lihat komplek QRS (sempit atau lebar)

  1. Irama Sinus

- Gelombang P defleksi (+) positif/cembung keatas.

- QRS sempit <= 3 kotak kecil

- Frekwensi normal 60-100 x/m, disebut sinur ritme

- Bila HR <> 100 x/m disebut sinus takikardi

  1. Irama Junction

- Gel P defleksi (-) negatif/cekung kebawah

- QRS sempit <= 3 kotak kecil

- Frekwensi 40-60 x/m

  1. Irama Ventrikel

- Gelombang P Tidak ada/lurus

- QRS lebar > 3 kotak kecil

- Frekwensi 20-40 x/m


2. Menghitung frekwensi (x/menit)

- Bagi 1500 dengan jarak R-R (kotak kecil) atau

- Bagi 300 dengan jarak R-R (kotak sedang)

- Hitung gel R dalam 6 detik kalikan dengan 10.

3. Menentukan adanya gangguan konduksi

A. Blok AV

Hitung panjang interval PR, dimana panjang PR lebih dari 0,2 detik atau 5 kotak kecil

1) AV blok derajat I

- Interval PR memanjang > 5 kotak kecil secara konstan.

- Durasi/panjang Interval PR satu dengan interval PR berikutnya sama

- Setiap P diikuti Kompleks QRS

2) AV blok derajat II Mobitz type I (Wenckebach)

- Durasi/panjang Interval PR satu ke Interval PR berikutnya makin panjang.

- Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.

3) AV blok derajat II Mobitz type II

- Durasi/panjang Interval PR normal.

- Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.

4) AV blok derajat III/ Total AV Blok (TAVB)

- Gelombang P lebih banyak daripada Kompleks QRS hampir dua kali lipat

- Gelombang P tidak diikuti oleh Kompleks QRS.

- Kompleks QRS terbentuk dari depolarisasi Ventrikel


B.
Blok Cabang Berkas/ Bundle Branch Block (BBB)

- Identifikasi adanya bentuk komplek QRS seperti huruf M dengan lebar lebih dari 0,12 detik.

- Tentukan pada sadapan berapa Komplek QRS seperti hurup M tersebut

- Bila Kompleks QRS yang menyerupai huruf M ada di V1-V3 diidentifikasi sebagai RBBB, Bila terdapat di lead V4-V6 disebut LBBB


4. Menentukan adanya ganguan perfusi

- Identifikasi adanya T inversi, ST depresi dan elevasi, dan Q pathologi.

- Q patologi bermakna kematian jaringan otot jantung/old infark

- ST Elevasi dan depresi bermakna infark akut

- T inverted artinya iskemi


5. Menentukan adanya hipertropi

- Jumlahkan gel S di V1 dengan R di V5/V6, BILA > 35 KK menggambarkan LVH

- Identifikasi perbandingan antara S dengan R di V1




DASAR-DASAR EKG

I. Kelistrikan Jantung









Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar ka AV Node, Berkas His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung.
Arus listrik yang menjalar dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR (lihat garis merah pada gambar diatas), dan arus listrik dari Cabang berkas sampai serabut purkinje membentuk Kompleks QRS (lihat garis hijau pada gambar diatas).
Durasi normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih dari 3 kk. Untuk menghitung frekwensi detak jantung digunakan rumus : 1500: Interval R-R ( jarak R satu ke R berikutnya dalam kotak kecil).

II. Irama Jantung
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul disebut Irama Sinus, dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut Irama Idioventrikuler (baca: Irama Ventrikel).

A. Irama Sinus
Asal impuls dari SA Node, kalau diibaratkan listrik di rumah pencetus SA Node ini adalah PLN sehingga dia mempunyai daya yang kuat mampu menghasilkan impuls 60-100x/menit. Ciri irama sinus adalah :
1. Gelombang P (+) (membentuk gambar cembung seperti bukit)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
Bila denyutan jantung normal 60-100 x/menit disebut irama sinus ritme, lebih dari 100x/menit disebut irama sinus takikardi, dan bila kurang dari 60x/menit disebut irama sinus bradikardi.






B. Irama Junction
Asal impuls dari area junction, impuls ini muncul bila SA Node gagal mengeluarkan impuls karena berbagai sebab. SA Node diibaratkan Genset dia tidak bisa menghasilkan daya sekuat listrik dari PLN hanya mampu menghasilkan impuls 40-60x/menit. Ciri irama junction adalah:
1. Gelombang P (-) (membentuk gambar cekung seperti lembah)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.

Contoh Irama Junction takikardi









C. Irama Ventrikel
Asal impuls dari area Ventrikel, ibarat lampu templok dayanya kecil sekali hampir tidak bisa menerangi rumah, seperti itulah kira-kira irama ventrikel daya pompa jantung sudah sangat lemah, menghasilkan impuls 20-40 x/menit.
1. Gelombang P tidak ada
2. Kompleks QRS lebar lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.

Bila denyut jantung lebih dari 40x/menit disebut Irama Ventrikel Takikardi. Bila sahabat menemui kasus seperti ini, segera raba denyut karotis pasien. Irama Ventrikel Takikardi dengan nadi tidak teraba perlu segera terapi kejut listrik (DC Shock).











Bila daya listrik jantung terus menurun, dia akan menunjukkan irama Ventrikel Fibrilasi seperti gambar dibawah ini :









III. Blok Jantung
Blok jantung merupakan hambatan pada jalur listrik jantung, ibarat kabel listrik dia sudah mulai berkarat sehingga konduksi listrik jadi melambat/terhalang.

A. AV Blok
AV Blok terjadi bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat, maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke tempat tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan tingkat keparahan.

1. AV Blok derajat I








a. Interval PR memanjang > dari 5 kotak kecil
b. Durasi Interval PR setiap beat adalah sama.
Pada contoh gambar diatas menunjukkan interval PR lebih panjang dari normal yaitu 7 kk, dan setiap beat panjangnya sama.

2. AV Blok derajat 2 type mobitz I






a. Interval PR makin panjang dari 1 beat ke beat berikutnya.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR makin panjang yaitu 4kk, 9kk, 11kk, kemudian kompleks QRSnya tidak ada/menghilang.

3. AV Blok derajat 2 type mobitz II






a. Interval PR bisa normal, bisa panjang, tetapi tidak seperti mobitz 2 yang makin panjang.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR normal, tetapi ada gelombang P yang tidak diikuti kompleks QRS.

4. AV Blok derajat 3 / Total AV Blok (TAVB)







a. Gelombang P bisa 2 kali lebih banyak dari kompleks QRS.
b. Gelombang P dan kompleks QRS membentuk pola irama sendiri-sendiri.

B. Bundle Branch Block/Blok Cabang Berkas
Hambatan terjadi di jalur Cabang Berkas, karena cabang berkas terletak di area Ventrikel maka terjadi perubahan pada Kompleks QRS.
Ciri-ciri Rigth Bundle Branch Block (RBBB):
  1. 1. Kompleks QRS melebar lebih dari 3 kk
  2. 2. Kompleks QRS menyerupai huruf M (M Shape) di lead V1 dan V2.














Pada contoh gambar diatas Kompleks QRS mempunyai dua R, r pertama lebih kecil dan R kedua lebih besar yang mirip huruf M.
Ciri-ciri Left Bundle Branch Block sama dengan RBBB yaitu Kompleks QRS melebar dan membentuk seperti huruf M. Perbedaannya terletak pada kemunculan M Shape yang pada LBBB terlihat di lead-lead kiri yaitu I, aVL, V5 dan V6.

Sumber :
www.ecglibrary.com
keperawatam kardiovaskular (rsjhk)